Sabtu, 29 Desember 2012

PENILAIAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI (IMT, WHR, %BODY FAT, LILA, LINGKAR PERUT DAN PREDIKSI TINGGI BADAN)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI
(IMT, WHR, %BODY FAT, LILA, LINGKAR PERUT DAN PREDIKSI TINGGI BADAN)

















OLEH :

RUKAYAH

K21111002

KELOMPOK B1






PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
       Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, dan lingkar perut. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi disbanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U[1]
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentile sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya.[2]
       Antropometri adalah pengukuran dimensi fisik tubuh manusia pada usia yang berbeda Antropometri adalah kesehatan anak yang efektif dan sering dilakukan dan gizi skrining nilai procedure.The data pertumbuhan fisik tergantung pada akurasi dan reliabilitas, bagaimana mereka dicatat dan diinterpretasikan, dan apa tindak lanjut upaya yang dilakukan setelah identifikasi gangguan pertumbuhan.[3]
       Antropometri adalah ilmu pengukuran dan seni aplikasi yang menetapkan geometri fisik, massa sifat dan kemampuan kekuatan tubuh manusia (Leilanie dan Prado, 2007). The antropometri Data memberikan informasi penting dalam produk / peralatan dan tempat kerja / workstation desain (Hanson et al, 2009.; Tayyari, 2000).[4]
       Data antropometri dianggap lebih kritis dalam merancang untuk sekelompok penduduk yang beragam seperti di Malaysia di mana ia melibatkan tiga kelompok etnis utama. Serupa dengan Lin et al. (2004) studi, itu akan menarik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam berarti dimensi tubuh dan proporsi tubuh ini tiga etnis. Namun, ada kekurangan yang cukup Data antropometrik yang melibatkan para etnis di Malaysia. Hal ini mungkin karena alasan pengeluaran tinggi dan waktu mengkonsumsi aspek dalam menjalankan data antropometri proses pengumpulan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data antropometri di Malaysia. Itu Tujuan dari studi ini adalah untuk mengembangkan antropometrik database untuk Melayu, Cina dan India dewasa di Malaysia. Tujuan kedua adalah untuk identitas statistik signifikan antara sarana antropometri dimensi antara ketiga etnis dan tujuan ketiga adalah untuk mengidentifikasi mana perbedaan berbohong dan tingkat signifikansi dalam tiga etnis.4
       Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia, seperti berat, tinggi badan, dan ukuran, termasuk ketak ketebalan, keliling, panjang, dan breadths. Antropometri adalah komponen kunci dari penilaian status gizi pada anak-anak dan orang dewasa (1). Antropometrik data untuk anak mencerminkan status kesehatan umum, kecukupan makanan, dan pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Pada orang dewasa, tubuh data pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi status kesehatan dan diet, risiko penyakit, dan perubahan komposisi tubuh yang terjadi selama umur dewasa. Laporan ini menyediakan data referensi antropometrik untuk anak-anak AS dan orang dewasa dari segala usia dilakukan di pusat-pusat pemeriksaan mobile. Pusat-pusat penelitian yang dikelola oleh penuh-waktu personil, termasuk teknisi kesehatan yang memperoleh pengukuran tubuh dari peserta survei. Semua teknisi kesehatan NHANES menyelesaikan pengukuran tubuh program pelatihan komprehensif yang digunakan rekaman video, demonstrasi, dan latihan praktek dengan pemeriksa ahli. Kesehatan kinerja teknisi dipantau dengan cara pengamatan langsung, review data, dan penilaian para ahli pemeriksa.4
       Evaluasi yang akurat dari status gizi harus termasuk perkiraan kompartemen tubuh (massa lemak bebas dan massa lemak) dengan metode instrumental seperti bioelectrical impedansi analisis dan dual X-ray absorptiometry (Enzi et al. 1997). Namun demikian, dalam praktek klinis dan survei epidemiologi, komposisi tubuh dapat tidak langsung diperkirakan oleh pengukuran antropometri, yang non-invasif, mudah dan murah untuk mengumpulkan.[5]
       Proses pengumpulan melibatkan modifikasi dalam gizi dan fisiologis status, seperti penurunan berat badan dan tinggi (Dey et al. 1999), dan pengurangan massa lemak bebas terkait dengan peningkatan massa lemak. Selain itu, redistribusi jaringan adiposa terjadi dengan akumulasi di batang dan situs visceral (Steen, 1988; Schwartz, 1998). Tubuh terjadi perubahan komposisi berbeda pada pria dan perempuan dan dalam berbagai tahapan penuaan, mempengaruhi antropometri. Akibatnya, standar antropometrik nilai-nilai yang berasal dari populasi orang dewasa mungkin tidak berlaku untuk orang tua.5
       Non-patologis faktor yang mempengaruhi distribusi antropometrik karakteristik, seperti usia, jenis kelamin dan wilayah geografis, harus diperhitungkan. WHO Komite Ahli Status Fisik menekankan perlunya lokal gender dan nilai-nilai referensi usia tertentu untuk lansia.5

1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Umum
       Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui status gizi perseorangan dengan pengukuran antropometri
1.2.2 Tujuan Khusus
        Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah :
1.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
2.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR)
3.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan persentase Body Fat (%BF)
4.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
5.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran lingkar Perut

1.3    Manfaat Percobaan
       Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui status gizi seseorang melalui pengukuran antropometri dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Waist to Hip Ratio (WHR), persentase Body Fat (%BF), Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran lingkar Perut.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.    Indeks Massa Tubuh (IMT)
       Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksananya.[6]
       Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.6
       Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.1
       Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996). Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.2
       Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut.2
       Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat pula mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami.3       
       Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.3
       Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.
Rumus perhitungan IMT:
 
       IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.1
Tabel 2: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:[7]
Kategori
IMT
Kurus
Kekurangan BB tingkat berat
< 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan
17,0 - < 18,5
Normal

18,5 – 22,9
Gemuk
Kelebihan BB tingkat ringan
23 – 24,9
Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I)
> 25 – 29,9
Kelebihan BB tingkat berat (Obes II)
> 30,0
Sumber. Sirajuddin 2012.
       Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh mempertahankan berat badan normal.7
       Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6
       Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.[8]
       Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:6
-  Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
-       Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan.
-       Umum dan luas dipakai di Indonesia.
-       Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
-       KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
-       Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
-       Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
       Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6
a.    Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
b.    Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c.    Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d.   Skalanya mudah dibaca.
e.    Cukup aman untuk menimbang anak balita.
       Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat dikesampingkan.6

      Mengukur Berat Badan                                  Mengukur Tinggi Badan
2.    Prediksi Tinggi Badan
       Mengukur Tinggi Lutut instrumen portabel pengukuran perangkat tinggi lutut (KHMD), juga dirancang untuk mengukur pertumbuhan jangka pendek dari kaki bagian bawah. Perangkat ini lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada knemometer tersebut. Sekali lagi, pengukuran yang diambil pada saat anak duduk. Kursi yang digunakan dengan perangkat ini harus memiliki ketinggian kursi 33 cm dan panjang 26 cm kursi. Tinggi lutut sangat berkorelasi dengan tinggi dan dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan pada orang dengan kelengkungan tulang belakang yang parah atau yang tidak mampu untuk berdiri. Tinggi lutut diukur dengan kaliper yang terdiri dari tongkat pengukur disesuaikan dengan pisau melekat pada masing-masing dan pada sudut 90O C.[9]
       Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan ketika memilih indeks atau kombinasi dari indeks, termasuk ketersediaan equitment pengukuran yang akurat, pelatihan penguji untuk Cellect informasi yang akurat dan menafsirkan hasilnya benar, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran. Akhirnya, sering diabaikan adalah biaya tidak mengidentifikasi anak-anak kekurangan gizi atau salah mengidentifikasi anak-anak cukup gizi seperti kurang gizi.9
       Perkiraan parameter farmakokinetik dan evaluasi status gizi bergantung pada pengukuran yang akurat tidak, hanya berat badan tetapi juga tinggi badan. Namun, sejumlah penyakit dapat menyebabkan kesulitan dalam pengukuran tinggi badan secara akurat. Oleh karena itu, berbagai rumus berdasarkan tulang yang tidak berubah panjang telah dikembangkan. Metode-metode termasuk tinggi lutut, panjang lengan dan setengah rentang tangan.7
Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini digunakan untuk individu yang  60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk tulang belakang.7
       Rumus nya yaitu :7
Female: Height in cm = 84.88- 0.24 x age) + (1.83 x knee height) – x 1,2
Male : Heigt in cm = 64.19 – (0.04 x age) + (2.02 x knee height).
3.    WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)
       Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar pubic sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1 cm.[10]
       Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.7
       Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.7
       Rumus Menghitung Nilai WHR:7






       Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis kelamin dan kelompok umur:7
Jenis kelamin
Kelompok umur
Resiko
Low
Moderate
High
Very high
Pria
20-29
< 0,83
0,83-0,88
0,89-0,94
> 0,94
30-39
< 0,84
0,84-0,91
0,92-0,96
> 0,96
40-49
< 0,88
0,88-0,95
0,96-1,00
> 1,00
Wanita
20-29
< 0,71
0,71-0,77
0,78-0,82
> 0,82
30-39
< 0,72
0,72-0,78
0,79-0,84
> 0.84
40-49
< 0,73
0,73-0,79
0,80-0,87
> 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.
4.    Lingkar Perut (LP)
       Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan.8
       Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.8
       Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.1
       Tabel 5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.1
Klasifikasi
Laki-laki
Wanita
WHO 2000
94 cm
80 cm
Eropa
102 cm
88 cm
Asia Pasifik
          90  m
     80 m
Sumber: WHO
5.    Lingkar Lengan Atas
       Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.7

Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA:7
Klasifikasi
Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK
< 23,5 cm
Normal
 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP
< 9,5 cm
Normal
 9,5 cm
Balita
KEP
< 12,5 cm
Normal
12,5 cm
     Sumber: Sirajuddin, 2012.
       LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:8
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
       Kelemahan dari pengukuran LILA:6
-       Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
-       Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
-       Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.
6.    Tebal Lipatan Kulit
       Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular, suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid aksla.1        
       Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan persamaan secara umum atau kelompok tertentu.1
       Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi cara antropometri.7
        Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:7
Laki-laki 18-27 tahun
         Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
     % BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
Wanita 18-23 tahun
         Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
     % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:7
Klasifikasi
Laki-laki
Wanita
Lean
< 8 %
< 13 %
Optimal
8 – 15 %
14 – 23 %
Slightly overfat
16 – 20 %
24 – 27 %
Fat
21 – 24 %
28 – 32 %
Obesitas
 25 %
 33 %
Sumber. Sirajudin 2012.







BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.I  Tempat dan Waktu Praktikum
       Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tanggal 08 November 2012.

III.2 Alat dan Bahan
       Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital Seca, microtoice, alat ukur tinggi lutut, pita LiLA, pita circumference, dan skinfold caliper.

III.3 Prosedur Kerja
a.    Pengukuran Barat Badan (BB)
1.    Responden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Responden tidak menggunakan alas kaki.
2.    Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.
3.    Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
4.    Diperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, usahakan agar responden tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan).
5.    Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai angka tidak berubah (statis).
6.    Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 terdekat.
7.    Responden diminta turun dari alat timbang.

b.   Pengukuran Tinggi Badan (TB)
1.    Responden tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala). Posisikan responden tepat di bawah microtoice.
2.    Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
3.    Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.
4.    Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas dan menghadap paha.
5.    Responden diminta menarik nafas panjang untuk membantu menegakkan tulang rusuk. Usahakan badan tetap santai.
6.    Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding.
7.    Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8.    Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
c.    Pengukuran Tinggi Lutut
1.    Responden duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 900 proximal hingga patella.
2.    Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki responden membentuk sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada tiang alat ukur.
3.    Dibaca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat berada pada angka yang ditunjukkan oleh alat ukur. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.


d.   Pengukuran Lingkar Pinggang
1.    Responden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2.    Responden berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.
3.    Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian paling kecil dari tubuh atau pada bagian tulang rusuk paling terakhir. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4.    Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan alat ukur tidak menekn kulit.
5.    Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
e.    Pengukuran Lingkar Panggul
1.    Responden mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan
2.    Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3.    Pengukur jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari penggul terlihat
4.    Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat
5.    Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
f.     Pengukuran Lingkar Perut
1.    Mintalah dengan cara yang santun pada  responden untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
2.    Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
3.    Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
4.    Ditetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
5.    Responden diminta untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
6.    Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
7.    Pengukuran juga dapat dilakukan pada bagian atas dari pusar lalu meletekkan dan melingkarkan alat ukur secara horizontal
8.    Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
9.    Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm.
g.    Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
1.    Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1.    Responden diminta berdiri tegak.
2.    Responden dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3.    Tekukan tangan responden membentuk 900 dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri dibelakang dan menentukan titik tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku.
4.    Ditandai titik tengah tersebut dengan pena.
2.    Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
1.    Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke bawah.
2.    Diukur lingar  lengan  atas pada posisi mid  point  dengan  pita LILA menempel pada kulit dan dilingkarkan secara hotizontal pada lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita.
3.    Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat
h.   Penentuan Tebal Lipatan Kulit (TLK)
1.    Petunjuk Umum
1.    Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua sisi kulit dan lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang diukur.
2.    Lipatan kulit diangkat pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah garis kulit.
3.    Lipatan kulit tetap diangkat sampai pengukuran selesai.
4.    Caliper dipegang oleh tangan kanan.
5.    Pengukuran dilakukan dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh caliper dilepas.
2.    Pengukuran TLK Pada Tricep
1.    Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
2.    Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA).
3.    Pengukur berdiri di belakang responden dan meletakkan telapak tangan kirinya pada bagian lengan kearah tanda yang telah dibuat dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke bawah. Tricep skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi.
4.    Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm.
3.    Pengukuran TLK Pada Subscapular
1.    Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
2.    Tangan diletakkan kiri ke belakang.
3.    Untuk  mendapatkan  tempat   pengukuran,   pemeriksa   meraba  scapula dan mencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata samapi menentukn sudut bawah scapula.
4.    Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 450 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagain bawah sudut scapula.
5.    Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil
Tabel V.1. Hasil Pengkuran Antropometri Kelompok B1
No
Nama
J.K
Umur
BB (kg)
TB (cm)
TL (cm)
LPi (cm)
LPa (cm)
Lp (cm)
Tricep (cm)
Subscapu-lar (cm)
Lila (cm)
1
FLORINA YULINDA
P
19
54,5
157,3
49
69,5
87,5
74
25
16
25
2
RUKAYAH
P
19
43,5
148
46,9
61
80
69
11,8
11
22,5
3
TRISNA AWALIAH M
P
19
36,1
146
46,3
60
76
63,5
17
9
19,3
4
WIDYA AYU PUTRI
P
19
51
160,5
49,3
65,3
82
70
22
12
23,7
5
ANDIS ISNA ARIANTI
P
20
45,7
152
48,4
66
80,5
72
18,5
16
23,2
6
DIAN ANGGRAENI
P
19
49,9
148,4
48,4
68
84,4
70
25
20
24,9
7
IRNA DEWI YUNINGSI
P
19
47,5
163
48,7
63,1
84
71
19
9
21,6
8
NAZLA M. ALBAAR
P
19
55,3
150,4
46,9
70,5
84
70,4
27
26
30,2

NUR SAKINAH
P
19
63,5
148,5
47,5
81
78
93
25
35
32

















Sumber: Data Primer 2012
Keterangan:
J.K       = Jenis Kelamin = Laki-laki / Perempuan                               LPi      = Lingkar Pinggang
BB       = Berat Badan                                                                         LPa      = Lingkar Panggul
TB       = Tinggi Badan                                                                       Lp        = Lingkar perut          
TL       = Tinggi Lutut                                                                         Lila      = Lingkar Lengan Atas














Tabel V.2 Hasil Perhitungan Antropometri Kelompok B1
No
Nama
IMT
WHR
Lingkar Perut
% Body Fat
LILA
TB/TL


Nilai
Ket
Nilai
Ket
Nilai
Ket
Nilai
Ket
Nilai
Ket
Nilai
Selisih
1
FLORINA YULINDA
22,02
Normal
0,79
High
74
Normal
31, 82%
Healthy Range
25
Normal
162,41
5,1
2
RUKAYAH
19,85
Normal
0,76
Moderate
69
Normal
21,32%
Healthy Range
22,5
KEK
130,96
8,9
3
TRISNA AWAL
16,93
Under weigh
0,78
High
63,5
Normal
23,13%
Healthy Range
19,3
KEK
154,13
8,1
4
WDYA AYU PUTRI
19,79
 Normal
0,79
High
70
Normal
27,72%
Healthy Range
23,7
Normal
163,01
2,5
5
ANDI ISNA ARIANTI
19,78
Normal
0,81
 High
72
Normal
28,01%
Healthy Range
23,2
KEK
159,99
2,0
6
DIAN ANGGRAENI
22,71
Normal
0,80
High
70
Normal
34,20%
Over Waigh
24,9
Normal
151,36
3,2
7
IRNA DEWI YUNINGSI
17,85
Under Weigh
0,CF
Moderate
71
Normal
24, 27%
 Healthy Range
21,6
KEK
161,28
1,2
8
NAZLA M. ALBAAR
24,44
Atrisk
0,83
Very Haigh
70,4
Normal
39,02%
Obesitas
30,2
Normal
158,37
8
9
NUR SAKINAH
28,79
Obesitas 1
1,03
Very Haigh
93
Obesitas Center
43,33%
Obesitas
32
Normal
156,35
7,9
















Sumber: Data Primer 2012
Keterangan:
IMT                = Indeks Massa Tubuh        
WHR              = Waist Hip to Rasio
TB/TL                        = Tinggi Badan Berdasarkan hasil perhitungan tinggi lutu


V.3Pembahasan
A.    IMT
       Indeks  masa tubuh  atau  body  mass indeks  merupakan  alat  atau cara sederhana untuk  menentukan status gizi orang dewasa. Berat badan kurang dapat  meningkatkan  resiko terhadap  penyakit  infeksi  sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko  terhadap penyakit degeneratif.7
       Parameter  yang  penting digunakan dalam  pengukuran IMT adalah  tinggi  badan 148 cm  dan  berat badan 43,5 kg. Sehingga diperoleh  hasil dari  pengukuran  dan  perhitungan  dengan  menggunakan  rumus  yang  telah  ditetapkan yaitu 22,02, kg/m2. Dan berdasarkan kategori  IMT  menurut  Riskesdas   2007   kategori  normal  IMT  adalah 18,50-24,99.  jadi  IMT  saya  termasuk dalam  kategori  Normal.
       Berat badan  normal  atau  IMT  normal  adalah  idaman  bagi  setiap orang  agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Yang terdapat beberapa keuntungan  yang  diberikan  adalah  penampilan  bail, lincah  dan  resiko sakit  rendah.7
       Menurut june  steven,  dkk (1998).  Menyatakan  bahwa  untuk  pria dan wanita di atas 75 tahun usia, tingkat kematian kasar tidak meningkat dengan  body mass  indeks.  Misalnya, di antara 75-ke-84-tahun  wanita,  ada  5259   kematian  akibat  kardiovaskular  Penyakit  per  100.000 orang – tahun  dalam  kelompok  dengan  indeks  massa tubuh dari 19,0-21,9, dibandingkan dengan 5227 per 100.000 orang-tahun di kelompok  dengan  indeks  dari  29,0-31,9. Distribusi dari beberapa  karakteristik terkait dengan indeks umur panjang dan massa tubuh bervariasi dengan usia.  Subyek yang lebih muda yang lebih berpendidikan,  lebih  mungkin  untuk  melaporkan  tingkat  tinggi aktivitas  fisik,  dan  lebih  mungkin  untuk  meminum minuman beralkohol  dibandingkan subyek yang lebih tua. Yang relatif risiko kematian  dari  semua  penyebab  kematian  akibat penyakit kardiovaskular  sesuai  untuk  massa tubuh  indeks -kategori  diperkirakan dalam model yang meliputi umur, pendidikan, fisik kegiatan,  dan konsumsi alkohol sebagai kovariat. Terpisah analisis dilakukan untuk enam kelompok usia, dengan kategori body-mass index-19,0-21,9 digunakan  sebagai  kategori  referensi.[11]
       Salah satu yang harus dianjurkan pada remaja adalah mengonsumsi susu sebagai minuman utama, karena susu merupakan sumber utama kalsium yang diperlukan untuk kesehatan tulang. Menurut Heaney dan Whiting (2004), masa remaja merupakan saat yang sangat penting dalam pencapaian puncak kepadatan tulang. Pada saat ini, khususnya pada saat remaja akhir, sekitar 90% hingga 95% kepadatan tulang telah tercapai.11
       Dari hasil penelitian-penelitian ini membuktikan bahwa pemberian susu pada remaja berpengaruh positif terhadap perubahan IMT seseorang. Pada pengukuran antropometri dengan indikator IMT secara umum dilakukan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan, jadi berat badan normal adalah idman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Dan terdapat beberapa keuntungan yang diberikan adalah penampilan baik, lincah dan resiko sakit rendah.
B.     Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
       Tinggi lutut direkomendasi oleh World Health Organization (WHO) untuk digunakan sebagai prediktor dari tinggi badan pada seseorang yang berusia ≥60 tahun (lansia). Proses bertambahnya usia tidak berpengaruh terhadap tulang yang panjang seperti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh terhadap tulang belakang. Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini digunakan untuk individu yang ≥ 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk tulang belakang.11
      Dengan menggunakan parameter pengukuran prediksi tinggi badan, dilakukan pengamatan pengukuran pada lutut saya dan diperoleh hasil bahwa tinggi lutut saya 46,3 cm, dari tinggi badan 148 cm. serta dilakukan perhitungan prediksi tinggi badan dengan menggunakan  rumus yang telah ditetapkan dan diperoleh hasil pengukuran tinggi lutut saya yaitu 130.96. Jadi selisih antara tinggi lutut-tinggi badan adalah 8,9, ini berarti cara atau alat ini dapat dilakukan untuk memprediksi tinggi badan.
        Menurut jurnal dan pengarangnya bernama Esmaillzadeh, dkk., (2004), menyatakan bahwa Cara melakukan pengukuran pada beberapa subjek, mengemukakan bahwa tinggi lutut merupakan faktor prediktor tinggi badan terbaik pada lansia laki-laki dan perempuan. Sedangkan usia juga merupakan faktor prediktor tinggi badan pada lansia perempuan. Koefisien regresi faktor prediktor usia yang negatif pada lansia perempuan konsisten dengan studi sebelumnya.[12]
       Menurut Campbell, 2002.  Hal ini bisa menunjukkan bahwa kurang gizi pasien juga tidak  memiliki ketinggian dan bobot direkam. Seperti kondisi pelacak kami adalah stroke akut dan gagal jantung akut, kegagalan ini untuk merekam berat badan dan tinggi itu mungkin karena imobilitas. Namun, pasien cenderung lebih besar di risiko kekurangan gizi dibandingkan penerimaan bedah elektif. Tinggi juga dapat diperkirakan dalam bergerak pasien dari lengan-span atau lutut height.19, 20 Meskipun tidak mungkin untuk mempertimbangkan semua pasien masuk karena sakit parah dan  mobilitas, ini biasanya menjadi mungkin pada beberapa waktu saat pengakuan. Pasien yang menjalani operasi mungkin lebih cenderung memiliki berat badan mereka dan tinggi dicatat sebagai bagian dari pra operasi rutin pekerjaan-up. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa pasien lebih cenderung memiliki berat badan mereka dan tinggi diperiksa karena mereka lebih bugar.[13]
C.    WHR (Rasio lingkar pinggang-pinggul)
       Jumlah lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metaolisme, termasuk terhadap insulin dan miningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Ukuran yang umur digunakan adalah rasio lingkar pinggang-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang berbeda.7
       Pada pengukuran rasio lingkar pinggang-pinggul, dilakukan dengan dua cara yaitu mengukur lingkar pinggang  sehingga diperoleh hasil dari lingkar pinggang saya yaitu 61 cm dan lingkar panggul 80 cm, serta dilakukan dengan perhitungan lingkar pinggang (LPi) dibagi dengan lingkar panggul (LPa) jadi diperoleh WHR saya yaitu 0,76 cm. Dalam interpretasi hasil pengukuran lingkar pinggang dan panggul pada wanita umur 60-69 tahun apabila terdapat pada 0.76-0.83 ini menunjukkan bahwa WHR saya  masih bisa terkena  penyakit kardiovaskular, dan apabila < 0.76 berarti kemungkinan terkena penyakit ini lumayan tinggi.
       Jadi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pingggul berhubungan dengan penyakit kardiovaskular. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran menunjukkan interpretasinya moderate yang artinya saya beresiko terkena penyakit kardiovaskula.  
       Menurut  A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa, WHR menjadi prediktor yang lebih baik kardiovaskular faktor risiko dari lingkar pinggang dan BMI. Selanjutnya Lakka et  dalam prospektif studi tentang pria Finlandia berusia 42-60 tahun menyarankan WHR sebagai Indeks yang lebih baik untuk memprediksi penyakit jantung koroner dibandingkan lingkar pinggang dan BMI.12
       Menurut dobbelsteyn et dalam jurnal A Esmaillzadeh dkk (2012)  menyatakan bahwa pria dewasa Kanada dan perempuan menunjukkan bahwa WHR dapat memprediksi faktor risiko kardivaskular  lebih akurat daripada BMI dan mampu sebagai mengidentifikasi subyek beresiko untuk faktor risiko penyakit kardivaskular. Dan ini berkembang dan diteliti di berbagai Negara.12


D.    Lingkar Perut
       Dalam memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan, pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui penyakit obesitas sentral pada lingkar perut seseorang.7
       Parameter pengukuran yang digunakan adalah lingkar perut, dari hasil pengukuran  lingkar perut saya yaitu  69 cm, ini menunjukkan bahwa saya memiliki lingkar  perut yang normal. Dan resiko untu terkena penyakit obesitas sentral sangat rendah.
       Meurut  A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa, lingkar pinggang  adalah indikator yang paling banyak digunakan untuk mengetahui obesitas perut dalam suatu populasi. Setelah penyesuaian untuk usia dan BMI, dikaitkan dengan lemak visseral meningkat, serta diperkirakan untuk berkontribusi pada resiko pengembangan penyakit yang berhubungan dengan distribusi lemak sentral.12
E.     LILA
       LILA merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan gizi Wanita Usia Subur (WUS) yang paling sederhana dengan cara melingkarkan pita lila di bagian lengan kiri ibu. Dalam pengamatan dengan menggunakan parameter LILA (lingkar lengan atas) menunjukkan ukuran LILA saya yang berada di bawah ukuran normal yaitu 22,5cm sedangkan angka atau batas normal untuk LILA yaitu  ≥ 23,5 cm dan ini membuktikan bahwa saya termasuk dalam keadaan KEK (kekurangan energ kronik).
       LILA menurut Afif dan ardiani (2012) menunjukkan adanya fenomena yaitu terdapat 3 responden dengan status KEK tetapi bayinya lahir normal dan responden yang normal tetapi bayinya lahir BBLR. Hal ini dikarenakan tidak hanya LILA yang mempengaruhi terjadinya BBLR. BBLR juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kesehatan ibu dan gizi saat hamil.  Berat badan lahir dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya Hemoglobin. Anemia gizi akibat kekurangan zat besi sering terjadi karena meningkatnya volume darah selama hamil, di samping zat besi diperlukan untuk pembentukan darah dalam tubuh janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko berat bayi lahir menjadi rendah.[14]
       Menurut Nega Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LLA pada ibu yang kurang dari 23cm dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak berbeda jauh selama kehamilan dan karena itu merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI atau berat badan. Bayi yang lahir dari ibu yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami selama kehamilan akan mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar miskin di mana cakupan ANC rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR, adalah penting untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan suami dan masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif pada BBLR sangat penting.[15]
F.     % Body Fat
       Berdasarkan pengukuran ketebalan lapisan kulit pada daerah trisep kiri dan subskapula kiri, kemudian menggunakan rumus persentase lemak tubuh, dapat diketahui banyaknya lemak tubuh.
       Dalam pengukuran secara antropometri dengan parameter persen body fat (TLK) saya memiliki 21,23%. Adapun klasifikasi persen body fat berdasarkan umur dan jenis kelamin yaitu  untuk umur 20-40 adalah < 21,33 % sedangkan hasil dari pengukuran saya terdapat 21,23 %. Hal  ini berarti  persen body fat saya tergolong Healthy Range.
       Hasil studi WHO (1984) pada orang lanjut usia ditemukan sebanyak 4,6%-8% mempunyai kekuatan otot kurang, fleksibilitas rendah, tidak mampu menaiki tangga, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari dan kemandirian. Penelitian epidemiologi lain menyebut-kan bahwa usia lanjut, jenis kelamin wanita, kekuatan otot kurang dan flek-sibilitas sendi rendah merupakan faktor risiko terjatuh.15
Menurut goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah kami menetapkan bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas cenderung mempertahankan lintasan jauh lebih tinggi keuntungan lemak, dibandingkan anak perempuan yang lebih ramping pada awal. Namun demikian, adalah meyakinkan untuk dicatat bahwa  tidak setiap anak dengan tinggi adipositas awal memperoleh sejumlah besar lemak. Dengan demikian, meskipun memburuk adipositas lebih mungkin sebagai kemajuan masa kanak-kanak, maka bukan merupakan konsekuensi tak terelakkan dari memiliki lemak tinggi Persentase pada 5 y usia. Apakah atau tidak adipositas yang berlebihan menjadi lebih parah dari waktu ke waktu akan tergantung pada keseimbangan setiap anak mencapai antara asupan energi dan mereka pengeluaran energi. Pengukuran longitudinal kami menunjukkan bahwa anak perempuan dari kelompok persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2 g  lemak per hari, sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi   yang mengumpulkan sekitar 6 gram  lemak sehari-hari.[16]








BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1.         Untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) saya melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan adalah 19,85 dimana BB 43,5 kg dan TB 148 cm.
2.         Untuk Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (WHR) saya melalui pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul adalah 0,76 dimana L.Pi 61 dan L.Pa 80.
3.         Untuk lingkar perut saya adalah 69 (normal) jadi saya tidak tergolong dalam obesitas sentral.
4.         Untuk persen Body Fat (%BF) saya adalah 21,32 (Healthy Range) dengan hasil pengukuran tricep 11,8 dan subscapula 11.
5.         Untuk pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah 22,5 cm (KEK), berarti  beresiko mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK).
6.         Untuk pengukuran TB/TL adalah 130,96 dimana tinggi badan (TB) = 148 cm dan tinggi lutut (TL) = 46,3 sehingga diperoleh hasil 130,96 dengan selisih 8,9.

V.2 Saran
a.  Kepada Dosen
Mohon agar kiranya para dosen masuk sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
b.  Kepada Asisten
Semoga tetap dan akan selalu bersahabat dengan praktikan sehingga proses praktikum yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik.
c.  Laboratorium
Mohon agar laboratoriumnya lebih diperbesar lagi agar praktikum yang dilakukan lebih maksimal dan efektif.
d.  Kegiatan Praktikum
            Agar kiranya praktikum dilakukan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Sandjadja dkk. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta     :    Kompas.
2.      Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran. XI : 678-745.
3.      Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik
.
4.      Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang berbeda etnis di      Malaysia.
5.      Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly: age and gender differences.
6.      Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
7.      Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
8.      Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press.
9.      Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728.
10.  Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan Elektrolit. Yogyakarta : Citra Pustaka.
11.  Steven, june., Jianwencai., Pamuk, E., Williamson, Df., Michaelj. Thun, M.D.,& Joy L. Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass Index And Mortality. The New England Journal Of Medicine Vol. 338 Januari 1, 1998no.1.
12.  Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., &  Azizi, F. (2004) “Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening Measure For Cardiovascular Risk Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian Adult Men” International Journal Of Obesity (2004) 28,1325–1332.
13.  Campbell.,  Avenel. A & A.E. Walker. (2002). Assessment Of Nutritional Status In Hospital In-Patients. Q J Med 2002; 95:83–87.
14.  Afif maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan, vol. IV. No.01, Juni 2012. Hungan lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin dengan berat lahir.
15.  Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight in Kersa, Ethiopia”. PLoS ONE  www.plosone.org  June 2012, Vol. 7 Issue 6 e39957.
16.  Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.


















LAMPIRAN

1. IMT (Berat Badan dan Tinggi Badan)
                            
Pengukuran Berat Badan dengan menggunakan alat digital seca
Pengukuran Tinggi Badan dengan menggunakan alat ukur microtoice
 






2. Pengukuran Tinggi Lutut
Pengukuran Tinggi lutut dengan menggunakan alat ukur yang dirancang khusus









3.  WHR (Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul)
Pengukuran Lingkar Pinggang dengan menggunakan pita circumference
Pengukuran Lingkar Panggul dengan menggunakan pita circumference
                         




4. Pengukuran Lingkar Perut

Pengukuran Lingkar Panggul dengan menggunakan pita circumference


5. Pengukuran LiLA
Pengukuran LiLA dengan menggunakan pita circumference
Pengukuran mid point sebelum menentukan ukuran LiLA menggunakan pita circumference

6. %BF (Pengukuran Tricep dan Sunscapular)
Pengukuran tricep dengan menggunakan subscapular skinfold
Pengukuran tricep dengan menggunakan tricep skinfold














[1]  Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi.
[2] Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan
  Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia.
[3]Deniz Nazire, 2007. Antrhropometric measurements and body composition     analysis of obese adolescents with and without metabolic syndrome.
[4] Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang berbeda etnis di  Malaysia.
[5] Perisinotto, dkk.,  2002.  Anthropometric measurements in the elderly: age and gender differences.
[6] Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.
[7] Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri.
[8] Gibson, Rosalind S. 2005. Principle Nutritional Assement.
[9] Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis.
[10] Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan Elektrolit.
[11] Junestevens, Ph.D., Jianwencai, Ph,D., Elsier. Pamuk, Ph.D., Df. Williamson, Ph.D.,Michaelj. Thun, M.D.,& Joy L. Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass Index
And Mortality.
[12]  Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., &  Azizi, F. (2004) “Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening Measure For Cardiovascular Risk Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian Adult Men” International Journal Of Obesity.
[13] S.E. Campbell, A. Avenell And A.E.  2002. Walker For The Tempest Group. Assessment Of Nutritional Status In Hospital In-Patients.
[14] Afif maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan Hungan lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin dengan berat lahir.
[15] Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight in Kersa, Ethiopia

[16] Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar