LAPORAN
PRAKTIKUM
PENILAIAN
STATUS GIZI ANTROPOMETRI
(IMT, WHR,
%BODY FAT, LILA, LINGKAR PERUT DAN PREDIKSI TINGGI BADAN)
OLEH :
RUKAYAH
K21111002
KELOMPOK B1
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Antropometri
merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang
ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan
adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya
seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, dan
lingkar perut. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk
menentukan status gizi disbanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan
ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U[1]
Antropometri merupakan bidang ilmu yang
berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi
kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar
dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat
diklasifikasikan dari 1 percentile sampai 100 persentil. Data dimensi manusia
ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian
produk dengan manusia yang memakainya.[2]
Antropometri
adalah pengukuran dimensi fisik tubuh manusia pada usia yang berbeda
Antropometri adalah kesehatan anak yang efektif dan sering dilakukan dan gizi
skrining nilai procedure.The data pertumbuhan fisik tergantung pada akurasi dan
reliabilitas, bagaimana mereka dicatat dan diinterpretasikan, dan apa tindak
lanjut upaya yang dilakukan setelah identifikasi gangguan pertumbuhan.[3]
Antropometri
adalah ilmu pengukuran dan seni aplikasi yang menetapkan geometri fisik, massa
sifat dan kemampuan kekuatan tubuh manusia (Leilanie dan Prado, 2007). The
antropometri Data memberikan informasi penting dalam produk / peralatan dan
tempat kerja / workstation desain (Hanson et al, 2009.; Tayyari, 2000).[4]
Data
antropometri dianggap lebih kritis dalam merancang untuk sekelompok penduduk
yang beragam seperti di Malaysia di mana ia melibatkan tiga kelompok etnis
utama. Serupa dengan Lin et al. (2004) studi, itu akan menarik untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam berarti dimensi tubuh dan
proporsi tubuh ini tiga etnis. Namun, ada kekurangan yang cukup Data
antropometrik yang melibatkan para etnis di Malaysia. Hal ini mungkin karena
alasan pengeluaran tinggi dan waktu mengkonsumsi aspek dalam menjalankan data
antropometri proses pengumpulan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan data antropometri di Malaysia. Itu Tujuan dari studi
ini adalah untuk mengembangkan antropometrik database untuk Melayu, Cina dan
India dewasa di Malaysia. Tujuan kedua adalah untuk identitas statistik
signifikan antara sarana antropometri dimensi antara ketiga etnis dan tujuan
ketiga adalah untuk mengidentifikasi mana perbedaan berbohong dan tingkat
signifikansi dalam tiga etnis.4
Bidang
antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia, seperti berat, tinggi
badan, dan ukuran, termasuk ketak ketebalan, keliling, panjang, dan breadths.
Antropometri adalah komponen kunci dari penilaian status gizi pada anak-anak
dan orang dewasa (1). Antropometrik data untuk anak mencerminkan status
kesehatan umum, kecukupan makanan, dan pertumbuhan dan perkembangan dari waktu
ke waktu. Pada orang dewasa, tubuh data pengukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi status kesehatan dan diet, risiko penyakit, dan perubahan
komposisi tubuh yang terjadi selama umur dewasa. Laporan ini menyediakan data
referensi antropometrik untuk anak-anak AS dan orang dewasa dari segala usia
dilakukan di pusat-pusat pemeriksaan mobile. Pusat-pusat penelitian yang
dikelola oleh penuh-waktu personil, termasuk teknisi kesehatan yang memperoleh
pengukuran tubuh dari peserta survei. Semua teknisi kesehatan NHANES
menyelesaikan pengukuran tubuh program pelatihan komprehensif yang digunakan
rekaman video, demonstrasi, dan latihan praktek dengan pemeriksa ahli.
Kesehatan kinerja teknisi dipantau dengan cara pengamatan langsung, review
data, dan penilaian para ahli pemeriksa.4
Evaluasi
yang akurat dari status gizi harus termasuk perkiraan kompartemen tubuh (massa
lemak bebas dan massa lemak) dengan metode instrumental seperti bioelectrical
impedansi analisis dan dual X-ray absorptiometry (Enzi et al. 1997). Namun
demikian, dalam praktek klinis dan survei epidemiologi, komposisi tubuh dapat
tidak langsung diperkirakan oleh pengukuran antropometri, yang non-invasif, mudah
dan murah untuk mengumpulkan.[5]
Proses
pengumpulan melibatkan
modifikasi dalam gizi dan fisiologis status, seperti penurunan berat badan dan
tinggi (Dey et al. 1999), dan pengurangan massa lemak bebas terkait dengan
peningkatan massa lemak. Selain itu, redistribusi jaringan adiposa terjadi
dengan akumulasi di batang dan situs visceral (Steen, 1988; Schwartz, 1998).
Tubuh terjadi perubahan komposisi berbeda pada pria dan perempuan dan dalam
berbagai tahapan penuaan, mempengaruhi antropometri. Akibatnya, standar
antropometrik nilai-nilai yang berasal dari populasi orang dewasa mungkin tidak
berlaku untuk orang tua.5
Non-patologis
faktor yang mempengaruhi distribusi antropometrik karakteristik, seperti usia,
jenis kelamin dan wilayah geografis, harus diperhitungkan. WHO Komite Ahli
Status Fisik menekankan perlunya lokal gender dan nilai-nilai referensi usia
tertentu untuk lansia.5
1.2
Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui status gizi perseorangan dengan pengukuran antropometri
1.2.2 Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah :
1. Untuk
menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT)
2. Untuk
menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR)
3. Untuk
menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan
persentase Body Fat (%BF)
4. Untuk
menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA)
5. Untuk
menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran lingkar
Perut
1.3
Manfaat
Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah
agar dapat mengetahui status gizi seseorang melalui pengukuran antropometri
dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Waist to Hip Ratio (WHR),
persentase Body Fat (%BF), Lingkar
Lengan Atas (LILA), pengukuran lingkar
Perut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Penilaian
status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang
dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni, survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran antropometri
relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran
antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk
pelaksananya.[6]
Parameter antropometri merupakan dasar dari
penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks
Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan,
hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan
penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang
berbeda.6
Perlu
ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah
teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara
yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan,
lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold)
diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.1
Istilah
Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri”
yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai
suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar)
berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996).
Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.2
Data antropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal
perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti
mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk
konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang
akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan
produk tersebut.2
Secara umum, antropometri artinya ukuran
tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian
istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body
Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966
yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi
dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat
nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan
ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa
tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk
anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang
berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat
pula mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami.3
Antropometri
merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran
alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu
akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing.
Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic
screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi
tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih
menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya
mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.3
Penggunaan
IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping
itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema,
asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan
berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya
umur.
Rumus perhitungan IMT:
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan,
maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau
BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu
mempertimbangkan berat badan orang tua.1
Tabel 2: Kategori
ambang batas IMT untuk Indonesia:[7]
Kategori
|
IMT
|
|
Kurus
|
Kekurangan BB tingkat
berat
|
< 17,0
|
Kekurangan BB tingkat
ringan
|
17,0 - < 18,5
|
|
Normal
|
|
18,5 – 22,9
|
Gemuk
|
Kelebihan BB tingkat
ringan
|
23 – 24,9
|
Kelebihan BB tingkat
moderat (Obes I)
|
> 25 – 29,9
|
|
Kelebihan BB tingkat
berat (Obes II)
|
> 30,0
|
Sumber. Sirajuddin 2012.
Indeks massa tubuh
telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk
menilai risiko penyakit di antara
orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya,
dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular
kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan
peningkatan BMI pada semua
kelompok populasi. Selain itu,
asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi,
BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan
risiko terkena penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang
pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh mempertahankan
berat badan normal.7
Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa
bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat
badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya
tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada
remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan
asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan
jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6
Penimbangan (berat badan) adalah
pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi
petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan
merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku dan ukuran yang
paling baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.[8]
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:6
- Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
-
Memberikan
gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran
pertumbuhan.
-
Umum dan
luas dipakai di Indonesia.
-
Ketelitian
pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
-
KMS yang
digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak
menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
-
Karena
masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan
terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak
tergantung pada umur.
-
Alat ukur
dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan dacin
yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan
dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya
memenuhi beberapa persyaratan:6
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran
kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick)
factor umur dapat dikesampingkan.6
Mengukur Berat Badan Mengukur
Tinggi Badan
2. Prediksi
Tinggi Badan
Mengukur
Tinggi Lutut instrumen portabel pengukuran perangkat tinggi lutut (KHMD),
juga dirancang untuk mengukur pertumbuhan jangka pendek dari kaki bagian bawah.
Perangkat ini lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada knemometer
tersebut. Sekali lagi, pengukuran yang diambil pada saat anak duduk. Kursi yang
digunakan dengan perangkat ini harus memiliki ketinggian kursi 33 cm dan
panjang 26 cm kursi. Tinggi lutut sangat berkorelasi dengan tinggi dan dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi badan pada orang dengan kelengkungan
tulang belakang yang parah atau yang tidak mampu untuk berdiri. Tinggi lutut
diukur dengan kaliper yang terdiri dari tongkat pengukur disesuaikan dengan
pisau melekat pada masing-masing dan pada sudut 90O C.[9]
Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan
ketika memilih indeks atau kombinasi dari indeks, termasuk ketersediaan
equitment pengukuran yang akurat, pelatihan penguji untuk Cellect informasi
yang akurat dan menafsirkan hasilnya benar, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pengukuran. Akhirnya, sering diabaikan adalah biaya tidak
mengidentifikasi anak-anak kekurangan gizi atau salah mengidentifikasi
anak-anak cukup gizi seperti kurang gizi.9
Perkiraan
parameter farmakokinetik dan evaluasi status gizi bergantung pada pengukuran
yang akurat tidak, hanya berat badan tetapi juga tinggi badan. Namun, sejumlah penyakit
dapat menyebabkan kesulitan dalam pengukuran tinggi badan secara akurat. Oleh
karena itu, berbagai rumus berdasarkan tulang yang tidak berubah panjang telah
dikembangkan. Metode-metode termasuk tinggi lutut, panjang lengan dan setengah
rentang tangan.7
Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke
tumit. Langkah ini digunakan untuk individu yang
60 tahun atau tidak dapat berdiri atau
memiliki kelainan bentuk tulang belakang.7
Rumus nya
yaitu :7
Female: Height in cm = 84.88- 0.24 x age) + (1.83 x knee
height) –
x
1,2
Male : Heigt in cm = 64.19 – (0.04 x age) + (2.02 x knee
height).
3. WHR
(Rasio lingkar pinggang dan panggul)
Pengukuran rasio lingkar pinggang dan
panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena
simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan
kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan
pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II,
kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang diukur di indentasi
terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek berdiri
dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan
pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar
pubic sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian
0,1 cm.[10]
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan
ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya
produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada
kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur
yang digunakan adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar
pinggang dan lingkar pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi
pengukuran harus tetap, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang
beerbeda.7
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio
pinggang-pinggul berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.7
Rumus
Menghitung Nilai WHR:7
Tabel
4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis
kelamin dan kelompok umur:7
Jenis
kelamin
|
Kelompok
umur
|
Resiko
|
|||
Low
|
Moderate
|
High
|
Very
high
|
||
Pria
|
20-29
|
< 0,83
|
0,83-0,88
|
0,89-0,94
|
> 0,94
|
30-39
|
< 0,84
|
0,84-0,91
|
0,92-0,96
|
> 0,96
|
|
40-49
|
< 0,88
|
0,88-0,95
|
0,96-1,00
|
> 1,00
|
|
Wanita
|
20-29
|
< 0,71
|
0,71-0,77
|
0,78-0,82
|
> 0,82
|
30-39
|
< 0,72
|
0,72-0,78
|
0,79-0,84
|
> 0.84
|
|
40-49
|
< 0,73
|
0,73-0,79
|
0,80-0,87
|
> 0,87
|
Sumber. Sirajuddin
2012.
4.
Lingkar Perut (LP)
Cara lain yang biasa dilakukan untuk
memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar
perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih
dari 80 cm untuk perempuan.8
Pengukuran lingkar perut lebih
memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam
rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut
tercermin dari meningkatnya lingkar perut.8
Pengukuran
lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau
sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit
kardiovaskular dan diabetes mellitus.1
Tabel
5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.1
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
WHO 2000
|
94 cm
|
80 cm
|
Eropa
|
102 cm
|
88 cm
|
Asia Pasifik
|
90 m
|
80 m
|
Sumber: WHO
5.
Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan
atas merupakan salah satu pilihan
untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan
data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.7
Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran
LiLA:7
Klasifikasi
|
Batas Ukur
|
Wanita Usia Subur
|
|
KEK
|
< 23,5
cm
|
Normal
|
23,5 cm
|
Bayi Usia 0-30 hari
|
|
KEP
|
< 9,5
cm
|
Normal
|
9,5 cm
|
Balita
|
|
KEP
|
< 12,5
cm
|
Normal
|
12,5 cm
|
Sumber:
Sirajuddin, 2012.
LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:8
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan
dari pengukuran LILA:6
-
Baku LLA yang sekarang
digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
-
Kesalahan pengukuran
relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
-
Sensitif untuk suatu
golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.
6. Tebal
Lipatan Kulit
Semua
pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan
diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks
antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk
mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan
untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh
dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah
kulit terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular,
suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid aksla.1
Persentase
body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan persamaan secara umum atau
kelompok tertentu.1
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam
kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh
sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan
kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari
cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal
lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi
tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi cara
antropometri.7
Rumus menghitung tebal
lemak bawah kulit:7
Laki-laki
18-27 tahun
Db
= 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
% BF =
[(4,97/Db) – 4,52] x 100
Wanita 18-23 tahun
Db
= 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
% BF =
[(4,76/Db) – 4,28] x 100
Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak
Bawah Kulit:7
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
Lean
|
< 8 %
|
< 13 %
|
Optimal
|
8 – 15 %
|
14 – 23 %
|
Slightly overfat
|
16 – 20 %
|
24 – 27 %
|
Fat
|
21 – 24 %
|
28 – 32 %
|
Obesitas
|
25 %
|
33 %
|
Sumber. Sirajudin
2012.
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
III.I Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
pada tanggal 08 November 2012.
III.2 Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital Seca, microtoice, alat ukur tinggi lutut, pita
LiLA, pita circumference, dan skinfold caliper.
III.3 Prosedur
Kerja
a.
Pengukuran
Barat Badan (BB)
1. Responden
mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang
minimal). Responden tidak menggunakan alas kaki.
2. Dipastikan
timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.
3. Responden
diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua kaki
dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
4. Diperhatikan
posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, usahakan agar responden
tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan).
5. Angka
di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai angka tidak
berubah (statis).
6. Dibaca
dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 terdekat.
7. Responden
diminta turun dari alat timbang.
b.
Pengukuran
Tinggi Badan (TB)
1. Responden
tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala). Posisikan
responden tepat di bawah microtoice.
2. Reponden
diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
3. Posisi
kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding
tempat microtoise di pasang.
4. Pandangan
lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas dan menghadap paha.
5. Responden
diminta menarik nafas panjang untuk membantu menegakkan tulang rusuk. Usahakan
badan tetap santai.
6. Gerakan
alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser
berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat
geser harus tetap menempel pada dinding.
7. Dibaca
angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah).
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar
dengan mata petugas.
8. Apabila
pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku
agar hasil pembacaannya benar. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
c.
Pengukuran
Tinggi Lutut
1. Responden
duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 900
proximal hingga patella.
2. Kaki
diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki responden
membentuk sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada tiang alat ukur.
3. Dibaca
dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat berada pada angka yang
ditunjukkan oleh alat ukur. Catat tinggi badan pada
skala 0,1 cm terdekat.
d.
Pengukuran
Lingkar Pinggang
1. Responden
menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas
pakaian yang digunakan.
2. Responden
berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.
3. Pengukur
menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar pinggang secara
horizontal dimana merupakan bagian paling kecil dari tubuh atau pada bagian
tulang rusuk paling terakhir. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat
ukur dengan tepat.
4. Pengukuran
dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan alat ukur tidak menekn kulit.
5. Dibaca dengan
teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
e.
Pengukuran
Lingkar Panggul
1. Responden
mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan
2. Responden
berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3. Pengukur
jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari penggul terlihat
4. Alat
pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu
diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat
5. Dibaca
dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
f.
Pengukuran
Lingkar Perut
1. Mintalah
dengan cara yang santun pada responden
untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan
raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
2. Ditetapkan
titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
3. Ditetapkan
titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
4. Ditetapkan
titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung
tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
5. Responden
diminta untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
6. Dilakukan
pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara sejajar
horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal
pengukuran.
7. Pengukuran
juga dapat dilakukan pada bagian atas dari pusar lalu meletekkan dan
melingkarkan alat ukur secara horizontal
8. Apabila
responden mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian
yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
9. Pita
pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm.
g.
Pengukuran
Lingkar Lengan Atas
(LiLA)
1.
Penentuan
Titik Mid Point Pada Lengan
1. Responden
diminta berdiri tegak.
2. Responden
dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas (bagi yang
kidal gunakan lengan kanan).
3. Tekukan
tangan responden membentuk 900 dengan telapak tangan menghadap ke
atas. Pengukur berdiri dibelakang dan menentukan titik tengah antara tulang
rusuk atas pada bahu kiri dan siku.
4. Ditandai
titik tengah tersebut dengan pena.
2.
Mengukur
Lingkar Lengan Atas
(LILA)
1. Dengan
tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan menghadap
ke bawah.
2. Diukur
lingar lengan atas pada posisi mid point dengan
pita LILA menempel pada kulit dan dilingkarkan secara hotizontal pada
lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara
kulit dan pita.
3. Lingkar
lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat
h.
Penentuan
Tebal Lipatan Kulit (TLK)
1.
Petunjuk
Umum
1. Ibu jari
dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua sisi kulit
dan lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang diukur.
2. Lipatan
kulit diangkat pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah garis kulit.
3. Lipatan
kulit tetap diangkat sampai pengukuran selesai.
4. Caliper
dipegang oleh tangan kanan.
5. Pengukuran
dilakukan dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh caliper dilepas.
2.
Pengukuran
TLK Pada Tricep
1. Responden
berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
2. Pengukuran
dilakukan pada titik mid point (sama
pada LILA).
3. Pengukur
berdiri di belakang responden dan meletakkan telapak tangan kirinya pada bagian
lengan kearah tanda yang telah dibuat dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke
bawah. Tricep skinfold diambil dengan
menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi.
4. Tricep
skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm.
3.
Pengukuran
TLK Pada Subscapular
1. Responden
berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh.
2. Tangan diletakkan
kiri ke belakang.
3. Untuk mendapatkan
tempat pengukuran, pemeriksa
meraba scapula dan mencarinya ke
arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata samapi menentukn sudut bawah
scapula.
4. Subscapular
skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 450
ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagain bawah sudut
scapula.
5. Caliper
diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat
kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
V.1
Hasil
Tabel
V.1. Hasil Pengkuran
Antropometri Kelompok B1
No
|
Nama
|
J.K
|
Umur
|
BB
(kg)
|
TB
(cm)
|
TL (cm)
|
LPi
(cm)
|
LPa
(cm)
|
Lp
(cm)
|
Tricep
(cm)
|
Subscapu-lar
(cm)
|
Lila
(cm)
|
||||
1
|
FLORINA YULINDA
|
P
|
19
|
54,5
|
157,3
|
49
|
69,5
|
87,5
|
74
|
25
|
16
|
25
|
||||
2
|
RUKAYAH
|
P
|
19
|
43,5
|
148
|
46,9
|
61
|
80
|
69
|
11,8
|
11
|
22,5
|
||||
3
|
TRISNA AWALIAH M
|
P
|
19
|
36,1
|
146
|
46,3
|
60
|
76
|
63,5
|
17
|
9
|
19,3
|
||||
4
|
WIDYA AYU PUTRI
|
P
|
19
|
51
|
160,5
|
49,3
|
65,3
|
82
|
70
|
22
|
12
|
23,7
|
||||
5
|
ANDIS ISNA ARIANTI
|
P
|
20
|
45,7
|
152
|
48,4
|
66
|
80,5
|
72
|
18,5
|
16
|
23,2
|
||||
6
|
DIAN ANGGRAENI
|
P
|
19
|
49,9
|
148,4
|
48,4
|
68
|
84,4
|
70
|
25
|
20
|
24,9
|
||||
7
|
IRNA DEWI YUNINGSI
|
P
|
19
|
47,5
|
163
|
48,7
|
63,1
|
84
|
71
|
19
|
9
|
21,6
|
||||
8
|
NAZLA M. ALBAAR
|
P
|
19
|
55,3
|
150,4
|
46,9
|
70,5
|
84
|
70,4
|
27
|
26
|
30,2
|
||||
|
NUR SAKINAH
|
P
|
19
|
63,5
|
148,5
|
47,5
|
81
|
78
|
93
|
25
|
35
|
32
|
||||
Sumber: Data Primer 2012
Keterangan:
J.K =
Jenis Kelamin = Laki-laki / Perempuan LPi = Lingkar Pinggang
BB =
Berat Badan LPa = Lingkar Panggul
TB = Tinggi
Badan Lp = Lingkar perut
TL =
Tinggi Lutut Lila = Lingkar Lengan Atas
Tabel
V.2 Hasil Perhitungan
Antropometri Kelompok B1
No
|
Nama
|
IMT
|
WHR
|
Lingkar Perut
|
% Body Fat
|
LILA
|
TB/TL
|
||||||||
|
|
Nilai
|
Ket
|
Nilai
|
Ket
|
Nilai
|
Ket
|
Nilai
|
Ket
|
Nilai
|
Ket
|
Nilai
|
Selisih
|
||
1
|
FLORINA YULINDA
|
22,02
|
Normal
|
0,79
|
High
|
74
|
Normal
|
31, 82%
|
Healthy Range
|
25
|
Normal
|
162,41
|
5,1
|
||
2
|
RUKAYAH
|
19,85
|
Normal
|
0,76
|
Moderate
|
69
|
Normal
|
21,32%
|
Healthy Range
|
22,5
|
KEK
|
130,96
|
8,9
|
||
3
|
TRISNA AWAL
|
16,93
|
Under weigh
|
0,78
|
High
|
63,5
|
Normal
|
23,13%
|
Healthy Range
|
19,3
|
KEK
|
154,13
|
8,1
|
||
4
|
WDYA AYU PUTRI
|
19,79
|
Normal
|
0,79
|
High
|
70
|
Normal
|
27,72%
|
Healthy Range
|
23,7
|
Normal
|
163,01
|
2,5
|
||
5
|
ANDI ISNA ARIANTI
|
19,78
|
Normal
|
0,81
|
High
|
72
|
Normal
|
28,01%
|
Healthy Range
|
23,2
|
KEK
|
159,99
|
2,0
|
||
6
|
DIAN ANGGRAENI
|
22,71
|
Normal
|
0,80
|
High
|
70
|
Normal
|
34,20%
|
Over Waigh
|
24,9
|
Normal
|
151,36
|
3,2
|
||
7
|
IRNA DEWI YUNINGSI
|
17,85
|
Under Weigh
|
0,CF
|
Moderate
|
71
|
Normal
|
24, 27%
|
Healthy Range
|
21,6
|
KEK
|
161,28
|
1,2
|
||
8
|
NAZLA M. ALBAAR
|
24,44
|
Atrisk
|
0,83
|
Very Haigh
|
70,4
|
Normal
|
39,02%
|
Obesitas
|
30,2
|
Normal
|
158,37
|
8
|
||
9
|
NUR SAKINAH
|
28,79
|
Obesitas 1
|
1,03
|
Very Haigh
|
93
|
Obesitas Center
|
43,33%
|
Obesitas
|
32
|
Normal
|
156,35
|
7,9
|
||
Sumber:
Data Primer 2012
Keterangan:
IMT = Indeks Massa Tubuh
WHR = Waist Hip to Rasio
TB/TL = Tinggi Badan Berdasarkan
hasil perhitungan tinggi lutu
V.3Pembahasan
A.
IMT
Indeks masa tubuh atau body mass indeks merupakan alat atau cara sederhana untuk menentukan status gizi orang dewasa. Berat
badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif.7
Parameter
yang penting digunakan dalam pengukuran
IMT adalah tinggi badan 148
cm dan berat badan 43,5 kg. Sehingga diperoleh hasil
dari pengukuran dan perhitungan dengan
menggunakan rumus
yang telah ditetapkan
yaitu 22,02, kg/m2. Dan
berdasarkan kategori IMT menurut Riskesdas
2007 kategori normal IMT adalah
18,50-24,99. jadi IMT
saya termasuk dalam kategori Normal.
Berat
badan normal atau IMT normal adalah idaman bagi
setiap orang agar
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Yang terdapat beberapa keuntungan yang diberikan
adalah penampilan bail, lincah dan resiko sakit rendah.7
Menurut june steven, dkk (1998). Menyatakan bahwa untuk pria dan
wanita di atas 75 tahun
usia, tingkat
kematian kasar tidak meningkat dengan
body mass indeks. Misalnya, di antara 75-ke-84-tahun
wanita,
ada 5259 kematian
akibat kardiovaskular Penyakit per
100.000 orang – tahun dalam
kelompok
dengan
indeks massa tubuh dari
19,0-21,9, dibandingkan
dengan 5227
per 100.000 orang-tahun di
kelompok dengan
indeks dari 29,0-31,9.
Distribusi
dari beberapa karakteristik terkait
dengan indeks
umur panjang dan massa tubuh bervariasi dengan usia. Subyek yang
lebih muda yang lebih berpendidikan, lebih mungkin untuk
melaporkan tingkat tinggi aktivitas fisik,
dan
lebih mungkin untuk
meminum minuman beralkohol
dibandingkan subyek yang lebih tua.
Yang relatif
risiko kematian dari semua
penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular sesuai
untuk
massa tubuh indeks -kategori diperkirakan
dalam model
yang meliputi umur, pendidikan, fisik
kegiatan, dan konsumsi alkohol sebagai kovariat. Terpisah
analisis
dilakukan untuk enam kelompok usia,
dengan
kategori body-mass index-19,0-21,9
digunakan sebagai
kategori referensi.[11]
Salah
satu yang harus dianjurkan pada remaja adalah mengonsumsi susu sebagai minuman
utama, karena susu merupakan sumber utama kalsium yang diperlukan untuk
kesehatan tulang. Menurut Heaney dan Whiting (2004), masa remaja merupakan saat
yang sangat penting dalam pencapaian puncak kepadatan tulang. Pada saat ini,
khususnya pada saat remaja akhir, sekitar 90% hingga 95% kepadatan tulang telah
tercapai.11
Dari
hasil penelitian-penelitian ini membuktikan bahwa pemberian susu pada remaja
berpengaruh positif terhadap perubahan IMT seseorang. Pada pengukuran
antropometri dengan indikator IMT secara umum dilakukan dengan pengukuran
tinggi badan dan berat badan, jadi berat badan normal adalah idman bagi setiap
orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Dan terdapat beberapa
keuntungan yang diberikan adalah penampilan baik, lincah dan resiko sakit
rendah.
B. Prediksi Tinggi Badan
(Tinggi Lutut)
Tinggi
lutut direkomendasi oleh World Health Organization (WHO) untuk digunakan sebagai
prediktor dari tinggi badan pada seseorang yang berusia ≥60 tahun
(lansia). Proses bertambahnya usia tidak berpengaruh terhadap tulang
yang panjang seperti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh
terhadap tulang belakang. Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral
fibula ke tumit. Langkah ini digunakan untuk individu yang ≥ 60 tahun atau
tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk tulang belakang.11
Dengan
menggunakan parameter pengukuran prediksi tinggi badan, dilakukan pengamatan pengukuran pada lutut saya
dan diperoleh hasil bahwa tinggi
lutut saya 46,3
cm, dari tinggi badan 148
cm. serta dilakukan perhitungan prediksi tinggi badan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan dan diperoleh
hasil pengukuran tinggi lutut saya
yaitu 130.96. Jadi selisih antara
tinggi lutut-tinggi badan adalah 8,9, ini berarti cara atau
alat ini dapat dilakukan untuk memprediksi tinggi badan.
Menurut jurnal dan pengarangnya bernama Esmaillzadeh,
dkk., (2004), menyatakan bahwa Cara melakukan pengukuran pada beberapa subjek,
mengemukakan bahwa tinggi lutut merupakan faktor
prediktor tinggi badan terbaik pada lansia laki-laki dan perempuan. Sedangkan
usia juga merupakan faktor prediktor tinggi badan pada lansia perempuan.
Koefisien regresi faktor prediktor usia yang negatif pada lansia perempuan
konsisten dengan studi sebelumnya.[12]
Menurut Campbell, 2002. Hal ini bisa menunjukkan bahwa kurang gizi pasien juga tidak memiliki ketinggian dan
bobot direkam.
Seperti
kondisi pelacak kami adalah stroke akut dan
gagal jantung
akut, kegagalan ini untuk merekam berat badan
dan tinggi itu
mungkin karena imobilitas.
Namun, pasien
cenderung lebih besar di
risiko
kekurangan gizi dibandingkan penerimaan bedah elektif.
Tinggi juga
dapat diperkirakan dalam bergerak pasien dari lengan-span atau lutut height.19, 20 Meskipun
tidak mungkin
untuk mempertimbangkan semua pasien
masuk karena
sakit parah dan mobilitas,
ini biasanya
menjadi mungkin pada beberapa waktu
saat
pengakuan. Pasien yang menjalani operasi
mungkin lebih
cenderung memiliki berat badan mereka
dan tinggi
dicatat sebagai bagian dari pra operasi rutin
pekerjaan-up.
Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa
pasien lebih
cenderung memiliki berat badan mereka
dan tinggi
diperiksa karena mereka lebih bugar.[13]
C. WHR (Rasio lingkar
pinggang-pinggul)
Jumlah
lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metaolisme, termasuk
terhadap insulin dan miningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan
banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Ukuran yang umur digunakan
adalah rasio lingkar pinggang-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul
harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang berbeda.7
Pada
pengukuran rasio lingkar pinggang-pinggul, dilakukan dengan dua cara yaitu
mengukur lingkar pinggang sehingga diperoleh hasil dari lingkar pinggang
saya yaitu 61 cm dan lingkar panggul 80 cm, serta dilakukan
dengan perhitungan lingkar pinggang (LPi) dibagi dengan lingkar panggul (LPa)
jadi diperoleh WHR saya yaitu
0,76 cm. Dalam interpretasi
hasil pengukuran lingkar pinggang dan panggul pada wanita umur 60-69 tahun apabila terdapat
pada 0.76-0.83 ini menunjukkan bahwa
WHR saya masih bisa terkena penyakit kardiovaskular, dan apabila < 0.76 berarti kemungkinan
terkena penyakit ini lumayan
tinggi.
Jadi
prospektif menunjukkan rasio pinggang-pingggul berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular. Dapat disimpulkan bahwa
hasil pengukuran menunjukkan interpretasinya moderate yang artinya saya
beresiko terkena penyakit kardiovaskula.
Menurut A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa, WHR menjadi
prediktor yang lebih baik kardiovaskular faktor risiko dari lingkar pinggang dan BMI. Selanjutnya Lakka et dalam prospektif studi tentang pria Finlandia berusia 42-60 tahun menyarankan WHR sebagai Indeks yang lebih baik untuk memprediksi penyakit jantung koroner
dibandingkan
lingkar pinggang dan BMI.12
Menurut dobbelsteyn et dalam jurnal A
Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa pria dewasa
Kanada dan perempuan menunjukkan bahwa WHR
dapat memprediksi faktor risiko kardivaskular lebih akurat
daripada BMI dan mampu sebagai mengidentifikasi subyek beresiko untuk faktor
risiko penyakit
kardivaskular. Dan ini
berkembang dan diteliti di berbagai Negara.12
D. Lingkar Perut
Dalam
memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar
perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih
dari 80 cm untuk perempuan, pengukuran
ini dilakukan untuk mengetahui penyakit obesitas sentral pada lingkar perut
seseorang.7
Parameter
pengukuran yang digunakan adalah lingkar perut, dari hasil pengukuran lingkar perut saya yaitu 69
cm, ini menunjukkan bahwa saya
memiliki lingkar perut yang normal. Dan resiko untu
terkena penyakit obesitas sentral sangat
rendah.
Meurut A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa,
lingkar pinggang adalah indikator
yang paling banyak digunakan untuk mengetahui obesitas perut dalam suatu populasi. Setelah penyesuaian untuk usia dan BMI, dikaitkan dengan lemak
visseral meningkat,
serta diperkirakan
untuk berkontribusi pada resiko pengembangan penyakit yang berhubungan dengan distribusi lemak sentral.12
E. LILA
LILA
merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan gizi Wanita Usia Subur (WUS)
yang paling sederhana dengan cara melingkarkan pita lila di bagian lengan kiri
ibu. Dalam pengamatan dengan menggunakan parameter LILA (lingkar lengan
atas) menunjukkan ukuran LILA
saya yang berada di bawah ukuran normal yaitu 22,5cm
sedangkan angka atau batas normal untuk LILA yaitu ≥ 23,5 cm dan ini membuktikan bahwa saya termasuk dalam keadaan
KEK (kekurangan energ kronik).
LILA menurut Afif dan
ardiani (2012) menunjukkan adanya fenomena yaitu terdapat 3 responden dengan
status KEK tetapi bayinya lahir normal dan responden yang normal tetapi bayinya
lahir BBLR. Hal ini dikarenakan tidak hanya LILA yang mempengaruhi terjadinya
BBLR. BBLR juga dipengaruhi oleh faktor
lain seperti kesehatan ibu dan gizi saat hamil. Berat
badan lahir dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya Hemoglobin. Anemia
gizi akibat kekurangan zat besi sering terjadi karena meningkatnya volume darah
selama hamil, di samping zat besi diperlukan untuk pembentukan darah dalam
tubuh janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko berat bayi lahir
menjadi rendah.[14]
Menurut Nega
Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LLA pada ibu yang kurang dari 23cm
dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak berbeda jauh selama kehamilan
dan karena itu merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI atau berat
badan. Bayi yang lahir dari ibu yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami
selama kehamilan akan mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar miskin
di mana cakupan ANC rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR, adalah penting
untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan suami dan
masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif pada BBLR sangat penting.[15]
F.
%
Body Fat
Berdasarkan
pengukuran ketebalan lapisan kulit pada daerah trisep kiri dan subskapula kiri,
kemudian menggunakan rumus persentase lemak tubuh, dapat diketahui banyaknya
lemak tubuh.
Dalam
pengukuran secara antropometri dengan parameter persen body fat (TLK) saya
memiliki 21,23%.
Adapun klasifikasi persen body fat berdasarkan umur dan jenis kelamin
yaitu untuk umur 20-40 adalah < 21,33 % sedangkan hasil dari
pengukuran saya terdapat 21,23 %. Hal ini
berarti persen body
fat saya tergolong Healthy Range.
Hasil
studi WHO (1984) pada orang lanjut usia ditemukan sebanyak 4,6%-8% mempunyai
kekuatan otot kurang, fleksibilitas rendah, tidak mampu menaiki tangga,
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari dan kemandirian. Penelitian
epidemiologi lain menyebut-kan bahwa usia lanjut, jenis kelamin wanita,
kekuatan otot kurang dan flek-sibilitas sendi rendah merupakan faktor risiko
terjatuh.15
Menurut
goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah kami menetapkan bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas cenderung mempertahankan
lintasan jauh lebih tinggi keuntungan lemak, dibandingkan anak perempuan yang lebih
ramping pada awal. Namun demikian, adalah meyakinkan untuk dicatat bahwa tidak setiap anak dengan tinggi adipositas awal memperoleh sejumlah
besar lemak. Dengan demikian, meskipun memburuk adipositas lebih mungkin sebagai kemajuan masa
kanak-kanak, maka
bukan merupakan
konsekuensi tak terelakkan dari memiliki lemak tinggi Persentase pada 5 y usia. Apakah atau
tidak adipositas yang berlebihan menjadi lebih parah dari waktu ke waktu akan tergantung
pada keseimbangan
setiap anak
mencapai antara asupan energi dan mereka pengeluaran energi. Pengukuran longitudinal kami menunjukkan bahwa anak perempuan dari kelompok persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2 g lemak per hari, sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi yang mengumpulkan sekitar 6 gram lemak sehari-hari.[16]
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
1.
Untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) saya melalui pengukuran
berat badan dan tinggi badan adalah 19,85 dimana BB 43,5 kg dan TB 148 cm.
2.
Untuk Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
(WHR) saya
melalui pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul adalah 0,76 dimana L.Pi 61 dan L.Pa 80.
3.
Untuk lingkar perut saya adalah 69 (normal) jadi saya tidak tergolong dalam obesitas sentral.
4.
Untuk persen Body Fat
(%BF) saya
adalah 21,32 (Healthy Range) dengan hasil pengukuran tricep 11,8 dan subscapula 11.
5.
Untuk pengukuran lingkar lengan
atas (LILA) adalah 22,5 cm (KEK), berarti beresiko mengalami Kekurangan
Energi Kronik (KEK).
6.
Untuk
pengukuran TB/TL adalah 130,96 dimana tinggi badan (TB) = 148 cm dan tinggi
lutut (TL) = 46,3 sehingga diperoleh hasil 130,96 dengan selisih 8,9.
V.2
Saran
a. Kepada Dosen
Mohon
agar kiranya para dosen masuk sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
b. Kepada Asisten
Semoga
tetap dan akan selalu bersahabat dengan praktikan sehingga proses praktikum
yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik.
c. Laboratorium
Mohon
agar laboratoriumnya lebih diperbesar
lagi agar praktikum yang dilakukan lebih maksimal dan efektif.
d. Kegiatan
Praktikum
Agar kiranya praktikum dilakukan
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sandjadja
dkk. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan
Keluarga. Jakarta : Kompas.
2.
Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi
dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita
Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran.
XI : 678-745.
3.
Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
4. Karmegam,
dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang berbeda etnis di
Malaysia.
5.
Perisinotto, dkk.,
2002. Anthropometric measurements in the
elderly: age and gender differences.
6. Supariasa,
dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.
7. Sirajuddin,
Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum
Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
8. Gibson,
Rosalind S. 2005. Principles Nutritional
Assesment. Oxford: University Press.
9.
Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut
(Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan
Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728.
10. Kristanti. 2010. Penakit
Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan Elektrolit. Yogyakarta
: Citra Pustaka.
11. Steven,
june., Jianwencai., Pamuk, E., Williamson, Df., Michaelj. Thun, M.D.,& Joy
L. Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass
Index And Mortality. The New England
Journal Of Medicine Vol. 338 Januari 1,
1998no.1.
12.
Esmaillzadeh, A.,
Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004)
“Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening Measure For Cardiovascular Risk
Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian Adult Men” International Journal Of Obesity (2004)
28,1325–1332.
13. Campbell., Avenel. A & A.E. Walker. (2002).
Assessment Of Nutritional Status In Hospital In-Patients. Q J Med 2002; 95:83–87.
14.
Afif maulidiyah &
adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan, vol. IV. No.01, Juni 2012. Hungan
lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin dengan berat lahir.
15.
Assefa, N,. Berhane, Y.
& Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and
Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight in Kersa, Ethiopia”.
PLoS ONE
www.plosone.org June 2012, Vol. 7
Issue 6 e39957.
16. Goulding,
A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body
composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls:
a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.
LAMPIRAN
1.
IMT (Berat Badan dan Tinggi Badan)
Pengukuran Berat Badan dengan
menggunakan alat digital seca
|
Pengukuran Tinggi Badan dengan
menggunakan alat ukur microtoice
|
2. Pengukuran Tinggi Lutut
Pengukuran Tinggi lutut dengan
menggunakan alat ukur yang dirancang khusus
|
3. WHR
(Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul)
Pengukuran Lingkar Pinggang dengan
menggunakan pita circumference
|
Pengukuran Lingkar Panggul dengan
menggunakan pita circumference
|
4. Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran Lingkar Panggul dengan
menggunakan pita circumference
|
5. Pengukuran LiLA
Pengukuran LiLA dengan menggunakan pita
circumference
|
Pengukuran mid point sebelum menentukan
ukuran LiLA menggunakan pita circumference
|
6. %BF (Pengukuran Tricep dan Sunscapular)
Pengukuran tricep dengan menggunakan
subscapular skinfold
|
Pengukuran tricep dengan menggunakan
tricep skinfold
|
Terhadap International Prostat Symptom pada
Penderita Hiperplasia.
[3]Deniz Nazire, 2007. Antrhropometric
measurements and body composition
analysis of obese adolescents with and without metabolic syndrome.
[4] Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik
studi di kalangan orang dewasa yang berbeda etnis di Malaysia.
[5]
Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly:
age and gender differences.
[7] Sirajuddin,
Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum
Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri.
[9] Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan
Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis.
[11] Junestevens,
Ph.D., Jianwencai, Ph,D., Elsier. Pamuk, Ph.D., Df. Williamson, Ph.D.,Michaelj.
Thun, M.D.,& Joy L. Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The
Association Between Body-Mass Index
And
Mortality.
[12] Esmaillzadeh, A.,
Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004)
“Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening Measure For Cardiovascular Risk
Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian Adult Men” International Journal Of Obesity.
[13] S.E.
Campbell, A. Avenell And A.E. 2002. Walker For The Tempest
Group. Assessment Of Nutritional Status In Hospital In-Patients.
[14] Afif
maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan Hungan lingkar lengan atas (LILA) dan
kadar hemoglobin dengan berat lahir.
[15] Assefa,
N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm
Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth
Weight in Kersa, Ethiopia
[16] Goulding, A., Taylor, RW., Jones,
IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body composition of 4- and
5-year-old New Zealand
girls:
a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity.